Senin, 22 Agustus 2011

ANSOR TINGGAL SEBUAH SEJARAH?

Berbicara tentang Ansor tidak lepas sejarahnya dalam memberikan kontribusi yang cukup pada Negara ini. Peran dan jasa dalam proses kemerdekaan Negara ini tidak bisa dinafikan begitu saja. Diakui atau tidak, Ansor sebagai salah satu basis gerakan kepemudaan yang berada di naungan NU memang tidak bisa kegitu saja diabaikan kesejarahan Bangsa ini. Dengan kontribusi yang telah dipersembahkan, Ansor menjadi gerakan kepemudaan yang cukup disegani dan dibanggakan. Artinya dengan kiprah yang telah di dedikasikan kepada masyarakat dan negara membuat Ansor menjadi organisasi kepemudaan yang besar dan selalu mendapat forsi politik tersendiri. Ini salah satu bagian jerih payah para tokoh kepemudaan ansor dalam membangun basis dan pergerakan kerakyatan kehingga program-program Ansor dengan sendirinya mendapat apresiasi masyarakat.
Ansor Waktu Dulu
Dengan dediukasi dan kontribusi yang telah diberkan pada bangsa ini, akhirnya Ansor terus tumbuh dan berkembang. Ini bukti eksistensi kelahiran Ansor tidak semata hanya tempat berkumpulnya Pemuda Nahdlatul Ulama’, melainkan adanya misi dan orientasi kebangsaan yang harus diperjuangkan. Yaitu penegakkan dan membentengi ajaran Ahlu Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) agar tetap eksis sehingga masyarakat tidak terkontaminasi oleh ajaran-ajaran yang dapat menyesatkan. Dari misi perjuangan tersebut, Ansor selalu mendapat tempat dan apresiasi sehingga dengan sendirinya masyarakat merasa terpanggil untuk selalu memberikan dukungan terhadap Pergerakan serta program-program Ansor. Akhirnya keberadaan Ansor tidak hanya menjadi milik pengurusnya saja, dalam hal ini semua elemen masyarakat turut merasa memiliki dan menjadikan Ansor bagian tempat dalam mewujudkan mimpi untuk dapat berperan dalam sejarah perjuangan bangsa ini.
Potret ini mengambarkan bahwa kebesaran Ansor pada waktu dulu bukan karena hanya sekedar kegiatan serimonial yang mampu mengikat hati masyarakat melainkan keberpihakan terhadap apa yang menjadi kebutuhan masyarakat ditindaklanjuti dengan langkah nyata. Langkah konkrit ini tentunya jangan sampai luntur oleh waktu, karena kebutuhan masyarakat terhadap peran Ansor tidak tergantung pada waktu melainkan terus berkembang secara dinamis. Dinamisasi ini bukan berarti menghilangkan pokok misi kelahiran Ansor sebagai benteng Ulama’ dan ajaran Ahlu Sunnah wal Jama’ah (Aswaja). Dinamisasi sebagaimana tersebut bahwa di dalam masyarakat ada pergerseran nilai kebutuhan yang perlu segara di advokasi oleh Ansor dengan Program-program nayatanya. Oleh karenaya, Ansor tidak perlu kaku terhadap program yang akan disusun, tapi program Ansor juga jangan sampai terjebak pada kegiatan serimonial yang cenderung elitis, sementara dalam tataran gres rood kegiatan serimonial tersebut akan menimbulkan image yang bertentangan dengan apa yang diinginkan masyarakat.
Dinamisasi program adalah tuntutan bagi Ansor kedepan agar perjungan berjalan secara estafet, tidak stagnan yang dapat melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap eksistensi Ansor sebagai organisasi kepemudaan yang besar. Masyarakat mungkin tidak akan mehilangkan sejarah perjuangan Ansor, akan tetapi Ansor harus mengerti bahwa masyarakat tidak akan selalu terpaku oleh sejarah. Mereka butuh keberlanjutan sejarah yang harus di lakukan Ansor kedepan agar keberadaannya tetap eksis ditengah-tengah masyarakat.

Uforia di Tengah Sejarah
Melihat gerakan yang di telah dilakukan oleh Ansor waktu dulu memanga sewajarnya bila Ansor akan mendapat tempat pada masyarakat. Pengorbanan dan perjuangan yang telah dipersembahkan kepada bangsa dan masyarakat akan menjadikan bukti bahwa kelahiran Ansor sangat jauh dari pemikiran pragmatis. Akan tetapi, keberlanjutan sejarah tersebut memerlukan reorientasi program yang akan menjadi pijakan pergerakan Ansor. Reorientasi sebagaimana disebutkan merupakan salah satu langkah strategis ditengah mulai melunturnya masyarakat terhadap keberadaan Ansor sekarang ini. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam program Ansor kedepan, yaitu pembenahan internal dan penguatan basis eksternal. Pembenahan internal tidak hanya berkaitan dengan peningkatan SDM para kader dengan kebutuhan dunia teknologi. Pembenahan juga termasuk misi perjuangan Ansor perlu diaktualisasikan agar Ansor tidak mudah terjebak terhadap kepentingan sesaat yang cenderung merugikan dan menghilangkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap Pergerakan Ansor yang selalma ini di rintis. Sementara dalam hal pengutan basis eksternal bagaimana penyusunan program yang bersntuhan dengan masyarakat dapat digiatkan kembali. Sebab besarnya Ansor berangkat dari bawah yang nota bena adalah masyarakat yang ada ditingkat akar rumput. Mengapa demikian? Besarnya Ansor tidak bisa lepas dari peran kemasyarakatannya sehingga masyarakat merasa terayomi dan terlindungi. Sebagai mayoritas Nahdiyyin, banyak hal yang perlu dikerjakan Ansor untuk masyarakat sesuai dengan kebutuhan, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, hukum, politik, sosial kemasyarakat dan lain-lainnya. Kebutuhan ini tidak cukup bila hanya dikerjakan kemudian selesai di Seminar, Diklat dan Semiloka melainkan membutuhkan tindaklanjut sehingga dapat dirasakan oleh masyarakat.
Dengan demikian, sinkronisasi program antara PC dan PAC perlu dimatangkan. Jangan sampai ada kesan hirarki kepengursan Ansor terkesan berjalan sendiri-sendiri sehingga akan membentuk sebuah kerajaan-kerajaan kecil yang sulit untuk dikendalikan. Untuk itu PC GP Ansor harus berkonsolidasi dengan PAC agar terbangun komunikasi yang baik serta dapat memonitoring program-progarm kemasyarakatan. Sementara ini, kepengurusan PC hanya sebagai simbol hirarki kepengurusan yang tidak bisa berbuat apa-apa. Ibarat raja Thailan yang tidak bisa memberikan control terhadap Perdana Mentri sebagai kepala pemerintahan.
Harus kita sadari bahwa keberadaan Ansor dimasyarakat sekarang tidak sebesar sejarah yang telah ditinggalkan oleh pendahulu kita. Pergeseran sejarah dimasa akan datang akan mungkin terjadi bila semua hirarki dalam kepengurusan Ansor tidak mampu dan segera membenahi orientasi progam. Hal ini dapat dirasakan bagaimana susahnya mengajak seseorang untuk direkrut menjadi pengurus Ansor ditingkat ranting. Kendati demikian, sebagai salah satu kader, penulis tidak bisa menyalahkan bila semua kader bangga terhadap apa yang pernah di persembahkan Ansor pada bangsa ini. Akan tetapi tidaklah relevan bila para kader saat ini hanya bisa bangga terhadap apa yang telah dipersembahkan pendahulunya sementara dirinya tidak bisa meninggalkan sesuatu yang dapat dibanggakan oleh masyarakat dan kader yang akan dantang. Untuk itu, uforia kader terhadap sejarah harus bisa mengambil makna, tidak hanya sekedar bisa bangga lalu mendistribusikan sejarah sementara kita tidak bisa menjadi pelaku sejarah yang akan dating

Tidak ada komentar: